Senin, 24 Mei 2010

UPAYA MENINGKATKAN PERAN MAHASISWA DALAM TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI MELALUI KEORGANISASIAN"

Perguruan Tinggi merupakan lembaga pendidikan formal yang mengemban amanah untuk menciptakan masyarakat akademik yang cakap ilmu dan juga menjadi agen dari perubahan sosial (agent of social change), perguruan tinggi yang merupakan jenjang pendidikan yang terakhir ini mempunyai tiga misi yang tertanam yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat atau lebih dikenal dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi, akan tetapi dalam merealisasikan misi tersebut bukanlah hal yang mudah semudah membalikan telapak tangan.
Oleh karena itu kita sebagai agen of change mempunyai amanah yang mutlak dalam merealisasikan tri dharma Perguruan Tinggi, Untuk mewujudkan peran Perguruan Tinggi seperti yang diungkapkan di muka maka dalam proses belajar mengajar di Perguruan Tinggi perlu diciptakan iklim kultur keorganisasian (UKM/HIMA) yang mantap dan mempunyai kontribusi yang lebih, baik untuk kampus secara khusus dan masyarakat secara umum. Dalam keberlangsungan Perguruan Tinggi pemanfaatan proses keorganisasian, hal ini diharapkan bisa meningkatkan kepekaan mahasiswa terhadap lingkungan sekitar dan mampu berfikir secara kritis adalah tidak terlepas dari karakter khas dan fungsi Perguruan Tinggi itu sendiri yaitu membentuk insan akademik intelektualis yang dapat mempertanggungjawabkan kualitas keilmuannya dan membentuk insan akademis yang mengabdi terhadap masyarakat. Kita bisa menyimpulkan ada dua manfaat yang mendasar dari proses keorganisasian, pertama untuk meningkatkan kepekaan kualitas intelektual mahasiswa, dan kedua untuk meningkatkan kepekaan mahasiswa terhadap masyarakat (lingkungannya). Semua itu secara tidak langsung ada kaitan korelasi dalam merealisasikan Tri Darma Perguruan Tinggi, Dalam pelaksanaan proses keorganisasian ada 2 point yang mendukung yaitu adanya kebebasan belajar (freedom to learn) dan kebebasan berkomunikasi (freedom to communication). Kedua kebebasan ini merupakan sisi dari proses keorganisasian dan merupakan upaya yang tepat dalam meningkatkan kepekaan mahasiswa.
Point yang pertama adalah kebebasan belajar (freedom to learn) harus di artikan secara luas, di mana dalam proses belajar jangan hanya sebatas dinding-dinding kampus saja akan tetapi juga kebebasan untuk mempelajari persoalan-persoalan yang ada di luar dinding-dinding kampus (masalah riil dalam masyarakat) sebagai wadah akan semua itu bisa dilakukan dengan pengaplikasian kepanitiaan yang merupakan salah satu contoh proses keorganisasian. Dengan adanya kebebasan belajar yang berimplikasi sosial ini dilihat dari pengembangan intelektual adalah sangat menguntungkan. Hal ini dikarenakan ramuan ilmu yang dikonsumsi oleh mahasiswa sebagian dari dunia luar yang kondisinya lain dengan apa yang ada dalam masyarakat Indonesia. Sebagai konsekuensinya apabila konsep-konsep serta teori yang datang dari luar tersebut mau digunakan untuk memecahkan problem-problem kemasyarakatan Indonesia maka memerlukan modifikasi dan penyesuaian seperlunya. Dengan demikian mahasiswa dalam pengembangan intelektualnya tidak bisa berpaling dari masalah kemasyarakatan. Dan apabila keterlibatan mahasiswa dalam memahami masalah kemasyarakatan tidak dikembangkan maka ilmu-ilmu yang diterima di bangku kuliah akan menjadi pisau analisa yang tumpul.
Setelah adanya kebebasan belajar (freedom to learn) sebagai langkah awal dari cara mempelajari persoalan-persoalan yang ada di lingkungan kampus dan masyarakat, maka untuk lebih meningkatkan kepekaan mahasiswa dalam memperluas cakrawalan pemikiran dan penalaran, menumbuhkan sikap dinamis, kritis, terbuka dan mempunyai kemampuan untuk memilih alternatif terbaik diperlukan terciptanya cultur kebebasan berkomunikasi (freedom to communication). Kebebasan berkomunikasi yang baik adalah adanya peluang mahasiswa untuk berpendapat, bertanya, berhak untuk melontarkan gagasan ilmiah secara obyektif semua itu bisa terealisasi secara efektif hanya dalam pergaulan keorganisasian karena komunikasi yang dilakukan didalam kelas masih terasa kaku berbeda dengan kondisi keorganisasian para mahasiswa lebih terpacu menggali dan berani untuk berpendapat, Dalam rangka terwujudnya kebebasan berkomunikasi ini, maka perlu adanya hubungan kerjasama antara mahasiswa dengan komponen-komponen di lingkungan Perguruan Tinggi untuk mengadakan kegiatan-kegiatan ilmiah seperti seminar, diskusi, dan sebagainya. Sebab menciptakan kultur keorganisasian yang mantap adalah merupakan tanggung jawab seluruh civitas akademika Perguruan Tinggi.

Fenomena baru yang ada di perkuliahan

Jurnal Tentang Perkuliahan Telaah Kurikulum Matematika Pendidikan Dasar

Mata kuliah telaah kurikulum matematika pendidikan dasar merupakan salah satu mata kuliah yang harus saya jalani disemester ini. Awalnya saya tidak mengetahui seperti apa kuliah yang akan saya jalani. Namun setelah melalui perkuliahan ini saya menjadi paham bahwa disini kami dilatih untuk menjadi tenaga pendidik yang handal dan professional. Pada proses perkuliahan lebih menitik beratkan pada keaktifan mahasiswa dan dosen menjadi fasilitator dan motivator. Mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari tiga sampai empat orang. Tujuannya mungkin agar lebih optimal dan efisien dalam kerja, tetapi menurut yang saya alami dalam kelompok jumlah tersebut terlalu sedikit. Sehingga kami agak kewalahan dalam membuat dan menjalankan tugas-tugas yang ada.
Proses perkuliahan dengan metode presentasi oleh kelompok sangat efektif menurut saya dalam mata kuliah kependidikan seperti ini, selain untuk melatih kami dalam mengembangkan kemampuan berkomunikasi di depan umum, juga membuat kami lebih aktif dalam mempelajari bahan perkuliahan. Sedangkan dosen membantu kami dalam pembahasan misal saat sesi diskusi ataupun tanya jawab di setiap presentasi kelompok. Walau dengan metode ini mahasiswa yang lebih aktif tetapi dosen tidak melepaskan kami begitu saja, beliau tetap memberikan arahan, masukan serta teguran kepada kami. Dan juga ada beberapa hal yang tidak terbahas oleh kami dalam presentasi ataupun diskusi kelompok itu dijelaskan oleh dosen secara klasikal.
Hal yang paling mengesankan bagi saya dan kawan-kawan lainnya barangkali adalah saat kami diminta untuk melakukan observasi ke sekolah-sekolah. Awalnya ini menjadi momok bagi saya sebab belum pernah ke sekolah dalam rangka observasi ataupun tugas kuliah lainnya. Namun, berkat dorongan semangat dan trik serta tips yang diberikan oleh dosen mata kuliah ini kami memberanikan diri untuk terjun kesekolah yang sebenarnya nanti akan menjadi lingkungan pengabdian kami. Saya sangat berterimakasih karena dalam perkuliahan ini kami difasilitasi untuk berinteraksi langsung di lapangan dengan pihak sekolah, guru dan murid. Kami diberi kesempatan untuk melihat langsung dan mengamati serta menganalisa proses belajar mengajar di sekolah, bukan lagi sebagai siswa tapi sebagai calon pendidik, dan itu merupakan kebanggaan tersendiri bagi saya.
Melihat fenomena pengajaran dan pendidikan di lapangan yang belum ideal dan sesuai dengan teori-teori yang dipelajari membuat saya bertekad untuk mendalami lebih dalam kemampuan-kemampuan ataupun teknik dan strategi sebagai seorang pendidik, dan bercita-cita tinggi untuk benar-benar mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata saat saya di amanahkan sebagai seorang pendidik di kemudian hari.masih banyak guru-guru kita saat ini yang belum mengaplikasikan perkembangan metode dan hal-hal lainnya di dunia kependidikan. Mereka masih banyak yang menggunakan cara-cara lama dalam mengajar. Dan dengan tugas berupa observasi yang diberikan dalam kuliah ini saya jadi bisa bersinggungan langsung dengan fenomena tersebut.
Selain observasi dan tugas presentasi kelompok, kami juga diberikan tugas membuat resume untuk setiap kelompok yang sedang mempresentasikan makalah dan hasil observasinya. Ini membantu kami untuk mendalami juga topik yang sedang dibahas oleh kelompok yang lain. Sehingga diharapkan kami tidak hanya paham dengan topik yang menjadi konsentrasi pembahasan kelompok kami, tapi juga memahami topik-topik lainnya.
Kesulitan yang saya alami dalam perkuliahan ini terutama pada saat awal observasi. Sebab saya belum pernah melakukan observasi sebelumnya. Ada rasa canggung di awal dan sedikit tidak paham apa yang harus di lakukan. Tetapi dengan masukan dari dosen dan senior-senior hal tersebutpun dapat diatasi. Kesulitan lainnya adalah jumlah anggota kelompok yang terlalu sedikit dan jadwal kuliah yang padat sebab banyak juga mata kuliah lain yang memerlukan waktu untuk mengerjakan tugas-tugasnya. Dan terakhir kesulitan yang saya rasakan adalah tidak ada buku panduan ataupun diktat khusus untuk perkuliahan ini. Tetapi sumber-sumber lain juga ada di dapatkan.
Secara keseluruhan mata kuliah ini sangat menyenangkan dan menambah wawasan serta pengalaman saya. Setelah membahas kajian teori, melakukan observasi dan membahas secara bersama-sama hasil observasi tersebut dari berbagai macam topik, membuat saya menjadi semakin kuat dan semangat untuk menyiapkan diri sebagai seorang pendidik. Terimakasih kepada Allah SWT yang memberi kesempatan saya untuk mengikuti perkuliahan ini. Mohon maaf dan terima kasih kepada ibu dosen dalam membimbing kami. Serta teman- teman seperjuangan Pendidikan Matematika UNP BP 2007, semoga kita bisa sukses dan berkontribusi bagi dunia pendidikan Indonesia yang lebih baik kedepannya. Mencetak generasi bangsa yang berkharakter dan berakhlaq mulia sesuai kepribadian bangsa dan agama kita. Jayalah dunia pendidikan Indonesia.
Diterbitkan di: Januari 17, 2010


Tidak ada komentar:

Posting Komentar